Jumat, 17 Juni 2011

Pertolongan Pertama Gawat Darurat

A.       Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD)
B-GELS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian. Di luar negeri, PPGD ini sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam atau orang-orang awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia.

B.       Prinsip-prinsip Utama PPGD
Prinsip-prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian).


C.       Langkah-langkah dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway – Breathing – Circulation – Disability). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat.

D.      Algortima Dasar PPGD
1.         Ada pasien tidak sadar
2.         Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3.         Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4.         Cek kesadaran pasien
a.         Lakukan dengan metode AVPU
A    =   Alert (Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V).
V    =   Verbal (Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke P).
P  =   Pain (Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital) ).
U  =   Unresponsive (Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive).
b.      Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans (118) dengan memberitahukan :
a)      Jumlah korban
b)      Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
c)      Perkiraan usia dan jenis kelamin (ex: lelaki muda atau ibu tua)
d)      Tempat terjadi kegawatan (alamat yang lengkap)
5.      Bebaskanlah korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing baju bagian atas agar dada terlihat.
6.      Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien
7.      Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a.       Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b.      Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor)
c.       Berdasarkan saksi, apakah pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher.
Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini tedapat syaraf-syaraf yang mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung).
a.       Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift. Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas korban.
b.      Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.
8.      Sambil melakukan tindakan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien.
9.      Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel
Look    :  Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ?
Listen   :  Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian) Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas:
a.    Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
b.    Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
c.    Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja. Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :
a)      Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung
b)      Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.
c)      Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel     :  Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban?
10.  Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12-20 kali/menit)
11.  Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look, Listen and Feel.
12.  Jika frekuensi nafas 100 kali per menit, Telapak tangan basah dingin dan pucat, Capilarry Refill Time > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
13.  Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung.
14.  Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang.
15.  Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)
16.  Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look, Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

E.       Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali). Prosedurnya :
1.         Posisikan diri di samping pasien
2.         Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit-penyakit.
3.         Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yang tadi digunakan untuk head tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat hidung).
4.         Mata memperhatikan dada pasien
5.         Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong
6.         Hembuskanlah nafas satu kali (tanda jika nafas yang diberikan masuk adalah dada pasien mengembang)
7.         Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien menghembuskan nafas keluar (ekspirasi)
8.         Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali normal

F.        Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang)

G.      Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti dijelaskan pada algortima di atas) Prosedur pijat jantung :
1.         Posisikan diri di samping pasien
2.         Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada)
3.         Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar
4.         Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
5.         Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)
6.         Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti gambar kanan atas)
7.         Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut:
Satu Dua Tiga Empat SATU, Satu Dua Tiga Empat DUA, Satu Dua Tiga Empat TIGA, Satu Dua Tiga Empat EMPAT, Satu Dua Tiga Empat LIMA, Satu Dua Tiga Empat ENAM.
a.       Prinsip pijat jantung adalah :
a)    Push deep
b)   Push hard
c)    Push fast
d)   Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
e)    Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)

Perlindungan Diri Penolong Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :
1.         Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2.         Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3.         Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

H.      SEFT dalam PPGD
Kegawatdaruratan adalah suatu kondisi mengancam jiwa, yang membutuhkan penanganan segera dan akurat yang karena ancaman A, B, C dan D berdampak kepada kecacatan tetap bahkan ancaman kematian.  Pada kegawatdaruratan, KSAD (Knowledge, Skill, Attitude dan Development) penolong sangat berperan akan hasil akhir kesehatan/kesejahteraan pasien. 3S (scene, secure dan safety) menentukan kapan saat bagi penolong bertindak. Menyadari bahwa keterampilan penolong tidaklah cukup, kecuali dilengkapi peralatan dan obat-obatan, namun menyadari keterampilan memegang peran penting, maka Knowledge (pengetahuan dasar) perlu ditambah dan diperluas. Pengetahuan dan Keterampilan yang diperlukan adalah memanfaat-kan ekstremitas dan indera kita.
Energy Psychologi, yang dimiliki semua orang namun belum dikendalikan dengan baik karena kurangnya pengetahuan. Kerumitan (seolah-olah) ini sekarang telah dipermudah sejak 1980an, DR. Roger Callahan, PhD. Gary Craig, dan Steve Wells yang meramu banyak ilmu menjadi ilmu praktis EFT (emotional freedom technique), ibarat PhoneCell, Rudal yang cukup dikendalikan dengan tombol saja. Oleh A.Faiz Zainuddin, EFT dikombinasikan dengan Spiritual, menjadi SEFT sehingga tingkat efektifitasnya semakin tinggi. Sekarang kita sudah mempunyai Remote TV, Phone Cell atau sesuatu yang canggih, complicated namun dalam kemasan Simple, sederhana, sehingga semua orang dapat menggunakannya.
Pada PPGD, ada beragam kondisi pasien, diantaranya Luka bakar derajat 1, 2 dengan luas kurang 15% bahkan lebih. Terkilir/sprain, Luka robek, tusuk. Atau adanya penyakit sesak nafas, rasa nyeri dan lain-lain. Saya sarankan setelah ABCD aman, cobalah laksanakan cara SEFT bagi pasien, semoga Tuhan menolong dan menyembuhkan pasien kita.




I.         CARA PENGGUNAAN SEFT
1.      Menyiapkan Pasien.
Memberitahu apa yang akan dilakukan, sehingga pasien siap. Pasien diminta santai/rileks, dukuk atau berbaring, menceritakan apa masalah (bila perlu keterangan lain, ditanyai dengan baik/anamnesa). Bila sakit/gangguan emosi, tentukan berapa besar intensitasnya (0=tidak sakit, 5=sedang, 10=sakit sekali), dimana tempatnya. Berdoa secara umum, dan mohon ampun (Istiqfar)
2.      SET-UP
Sambil menggosok bintik nyeri ”Sore spot” di dada kiri kl. 3 jari dibawah tulang selangka, ATAU sambil mengetuk-ketuk karate chop. Mengucap dengan mulut dan hati kalimat berikut : ”Ya Allah.., walaupun (saya sakit pinggang kiri bawah karena ada syaraf terjepit).., namun saya ikhlas .. dan saya pasrahkan kesembuhannya kepadaMu) sebanyak 3 kali.
3.      TUNE-IN
Pasien membayangkan rasa sakit dan tempat sakit, sambil mengucap kata ”Ya Allah.. aku ikhlas.., aku pasrah..” berulang kali sambil dua atau tiga jari tangan kanan memulai tindakan ketukan lembut (tapping)


4.      TAPPING
Yaah inilah ketukan lembut yang harus dilakukan pada tempat tertentu di permukaan tubuh pasien. Ada 9 titik pada versi RINGKAS dan tambahan 9 titik lagi pada versi LENGKAP.
5.      Akhiri seluruh kegiatan SEFT untuk gangguan fisik maupun emosi dengan menyampaikan rasa TERIMA KASIH kepada Tuhan.

Pertolongan Pertama Gawat Darurat


Pertolongan Pertama
Gawat Darurat


A.       Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD)
B-GELS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian. Di luar negeri, PPGD ini sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam atau orang-orang awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia.

B.       Prinsip-prinsip Utama PPGD
Prinsip-prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian).


C.       Langkah-langkah dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway – Breathing – Circulation – Disability). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat.

D.      Algortima Dasar PPGD
1.         Ada pasien tidak sadar
2.         Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3.         Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4.         Cek kesadaran pasien
a.         Lakukan dengan metode AVPU
A    =   Alert (Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V).
V    =   Verbal (Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke P).
P  =   Pain (Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital) ).
U  =   Unresponsive (Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive).
b.      Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans (118) dengan memberitahukan :
a)      Jumlah korban
b)      Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
c)      Perkiraan usia dan jenis kelamin (ex: lelaki muda atau ibu tua)
d)      Tempat terjadi kegawatan (alamat yang lengkap)
5.      Bebaskanlah korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing baju bagian atas agar dada terlihat.
6.      Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien
7.      Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a.       Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b.      Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor)
c.       Berdasarkan saksi, apakah pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher.
Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini tedapat syaraf-syaraf yang mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung).
a.       Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift. Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas korban.
b.      Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.
8.      Sambil melakukan tindakan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien.
9.      Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel
Look    :  Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ?
Listen   :  Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian) Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas:
a.    Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
b.    Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
c.    Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja. Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :
a)      Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung
b)      Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.
c)      Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel     :  Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban?
10.  Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12-20 kali/menit)
11.  Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look, Listen and Feel.
12.  Jika frekuensi nafas 100 kali per menit, Telapak tangan basah dingin dan pucat, Capilarry Refill Time > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
13.  Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung.
14.  Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang.
15.  Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)
16.  Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look, Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

E.       Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali). Prosedurnya :
1.         Posisikan diri di samping pasien
2.         Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit-penyakit.
3.         Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yang tadi digunakan untuk head tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat hidung).
4.         Mata memperhatikan dada pasien
5.         Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong
6.         Hembuskanlah nafas satu kali (tanda jika nafas yang diberikan masuk adalah dada pasien mengembang)
7.         Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien menghembuskan nafas keluar (ekspirasi)
8.         Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali normal

F.        Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang)

G.      Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti dijelaskan pada algortima di atas) Prosedur pijat jantung :
1.         Posisikan diri di samping pasien
2.         Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada)
3.         Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar
4.         Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
5.         Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)
6.         Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti gambar kanan atas)
7.         Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut:
Satu Dua Tiga Empat SATU, Satu Dua Tiga Empat DUA, Satu Dua Tiga Empat TIGA, Satu Dua Tiga Empat EMPAT, Satu Dua Tiga Empat LIMA, Satu Dua Tiga Empat ENAM.
a.       Prinsip pijat jantung adalah :
a)    Push deep
b)   Push hard
c)    Push fast
d)   Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
e)    Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)

Perlindungan Diri Penolong Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :
1.         Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2.         Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3.         Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

H.      SEFT dalam PPGD
Kegawatdaruratan adalah suatu kondisi mengancam jiwa, yang membutuhkan penanganan segera dan akurat yang karena ancaman A, B, C dan D berdampak kepada kecacatan tetap bahkan ancaman kematian.  Pada kegawatdaruratan, KSAD (Knowledge, Skill, Attitude dan Development) penolong sangat berperan akan hasil akhir kesehatan/kesejahteraan pasien. 3S (scene, secure dan safety) menentukan kapan saat bagi penolong bertindak. Menyadari bahwa keterampilan penolong tidaklah cukup, kecuali dilengkapi peralatan dan obat-obatan, namun menyadari keterampilan memegang peran penting, maka Knowledge (pengetahuan dasar) perlu ditambah dan diperluas. Pengetahuan dan Keterampilan yang diperlukan adalah memanfaat-kan ekstremitas dan indera kita.
Energy Psychologi, yang dimiliki semua orang namun belum dikendalikan dengan baik karena kurangnya pengetahuan. Kerumitan (seolah-olah) ini sekarang telah dipermudah sejak 1980an, DR. Roger Callahan, PhD. Gary Craig, dan Steve Wells yang meramu banyak ilmu menjadi ilmu praktis EFT (emotional freedom technique), ibarat PhoneCell, Rudal yang cukup dikendalikan dengan tombol saja. Oleh A.Faiz Zainuddin, EFT dikombinasikan dengan Spiritual, menjadi SEFT sehingga tingkat efektifitasnya semakin tinggi. Sekarang kita sudah mempunyai Remote TV, Phone Cell atau sesuatu yang canggih, complicated namun dalam kemasan Simple, sederhana, sehingga semua orang dapat menggunakannya.
Pada PPGD, ada beragam kondisi pasien, diantaranya Luka bakar derajat 1, 2 dengan luas kurang 15% bahkan lebih. Terkilir/sprain, Luka robek, tusuk. Atau adanya penyakit sesak nafas, rasa nyeri dan lain-lain. Saya sarankan setelah ABCD aman, cobalah laksanakan cara SEFT bagi pasien, semoga Tuhan menolong dan menyembuhkan pasien kita.




I.         CARA PENGGUNAAN SEFT
1.      Menyiapkan Pasien.
Memberitahu apa yang akan dilakukan, sehingga pasien siap. Pasien diminta santai/rileks, dukuk atau berbaring, menceritakan apa masalah (bila perlu keterangan lain, ditanyai dengan baik/anamnesa). Bila sakit/gangguan emosi, tentukan berapa besar intensitasnya (0=tidak sakit, 5=sedang, 10=sakit sekali), dimana tempatnya. Berdoa secara umum, dan mohon ampun (Istiqfar)
2.      SET-UP
Sambil menggosok bintik nyeri ”Sore spot” di dada kiri kl. 3 jari dibawah tulang selangka, ATAU sambil mengetuk-ketuk karate chop. Mengucap dengan mulut dan hati kalimat berikut : ”Ya Allah.., walaupun (saya sakit pinggang kiri bawah karena ada syaraf terjepit).., namun saya ikhlas .. dan saya pasrahkan kesembuhannya kepadaMu) sebanyak 3 kali.
3.      TUNE-IN
Pasien membayangkan rasa sakit dan tempat sakit, sambil mengucap kata ”Ya Allah.. aku ikhlas.., aku pasrah..” berulang kali sambil dua atau tiga jari tangan kanan memulai tindakan ketukan lembut (tapping)


4.      TAPPING
Yaah inilah ketukan lembut yang harus dilakukan pada tempat tertentu di permukaan tubuh pasien. Ada 9 titik pada versi RINGKAS dan tambahan 9 titik lagi pada versi LENGKAP.
5.      Akhiri seluruh kegiatan SEFT untuk gangguan fisik maupun emosi dengan menyampaikan rasa TERIMA KASIH kepada Tuhan.