BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan merupakan salah satu empat fungsi manajemen yang penting dan
saling terkait satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita dihadapkan
pada pertanyaan apakah suatu rencana berjalan dengan baik atau tidak.
Pertanyaan mendasar ini kiranya aktual diajukan manakala kita melihat realitas
keseharian yang menunjukkan banyaknya kegagalan akibat perencanaan yang salah
dan tidak tepat. Kesalahan perencanaan dapat berada pada awal perencanaan itu
sendiri ataupun pada saat proses perencanaan itu berlangsung.
Ada dua tipe dasar perencanaan dasar yaitu (James Af Stoner dan R. Edward
Freeman, 1994) :
a.
Perencanan Strategis,
perencanaan yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai
tujuan organisasi yang lebih luas, dan
b.
Perencanaan Operasional,
perencanaan yang memperlihatkan bagaimana perencanan strategis akan diimplementasikan
dalam kegiatan sehari-hari.
Dalam
Perencanaan Strategi, kegiatan disusun berdasarkan prioritas dan biaya pelaksananan diperkirakan dan dibandingkan dengan sumber daya yang tersedia untuk pelaksanaannya. Efek yang logis setelah proses
Perencanaan Strategi ini adalah
organisasi mendapatkan suatu metodologi untuk menentukan
kemampuan sumberdaya manusia dan
keuangan untuk melaksanakan Rencana
Strategisnya. Setelah menyelesaikan proses
Perencanaan Strategi ini, organisasi akan mengembangkan
sarana atau alat yang tidak hanya untuk mengecek kebenaran
tetapi juga merupakan dasar untuk pengembangan
Rencana Operasi Tahunan, menentukan sasaran
penggalangan dana dan prioritas untuk tahun
mendatang, serta juga menawarkan cara mengukur
kesuksesan organisasi. Manajer
organisasi akan mendapatkan dasar yang jelas tentang
sasaran mana dari strategi yang paling penting dan
mungkin diraih dengan sumber daya yang tersedia, dan sasaran mana yang jauh dari lingkup aksi jangka-pendek.
Sebelumnya banyak dari rencana dan perencanaan dibuat sebagai suatu
keperluan, baik secara sosial maupun ekonomi. Tujuan utama dari catatan ini
yaitu adanya pertimbangan yang disebabkan oleh dua pemikiran :
1)
menyangkut lingkungan dimana masyarakat tinggal (Beer
1975 : Emery 1974).
2)
kepercayaan terhadap tindakan manusia yang rasional
dalam meningkatkan kondisi kehidupan (Ozbekhan 1968).
Perencanaan adalah suatu format yang diintervensi dengan tujuan
mempengaruhi perubahan struktur sosial yang secara sadar dan masuk akal untuk
dilakukan. Segi pandangan ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Faludi (1973)
yang mengakui bahwa Perencanaan merupakan suatu tindakan dengan kepuasan diri
seseorang untuk menyajikan pilihan dalam suatu format dari akibat proses
perencanaan yang masuk akal dan benar-benar memiliki kasus. Pandangan
perencanaan ini serupa didalam konteks yang berbeda dengan sistem operasional
riset. Quade (1968) menggambarkan dengan analisa sistem yaitu suatu pendekatan
sistematis untuk membantu pembuat keputusan dengan menyelidiki semua masalah,
mencari sampai dapat sasaran dan beberapa alternatif tindakan. Pandangan lain
mengemukakan bahwa perencanaan merupakan aktivitas yang tujuan utamanya
mengarah untuk memproduksi perubahan terhadap sikap dan prilaku individu. Roger
Everett (1962) membicarakan tentang “Difusi Inovasi” dalam konteks ini telah
menguji beberapa cara yang inovatif seperti gagasan baru dan praktek yang diadopsi
oleh komunitas atau kelompok yang berbeda. Disini perhatian terpusat pada
perubahan di dalam pola sosial tradisional.
Dari perencanaan yang baik tersebut diharapkan dapat tersaring kebutuhan
masyarakat yang mana yang benar-benar mendapatkan prioritas pemecahan utama dan
mana yang mendapatkan prioritas berikutnya, sehingga dari perencanaan inilah
diharapkan partisipasi masyarakat muncul dan pemberdayaan sumber daya manusia
yang optimal. Pada akhirnya akan mewujudkan suatu kondisi masyarakat yang madani
(Civil Society) seperti yang dicita-citakan oleh pemerintahan sekarang.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas penulis menyimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut :
a.
Apa yang dimaksud dengan konsep perencanaan
strategis dan perencanaan operasional?
b.
Apa yang dimaksud dengan visi, misi, filosofi,
tujuan, dan sasaran?
c.
Apa yang dimaksud dengan perencanaan ketenagaan?
Dan
d.
Apa yang dimaksud dengan perencanaan finansial?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan
Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari manajemen keperawatan dalam konsep perencanaan.
1.3.2
Tujuan
Khusus
a.
Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang
dimaksud dengan konsep perencanaan strategis.
b.
Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang
dimaksud dengan konsep perencanaan operasional.
c.
Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang
dimaksud dengan visi, misi, filosofi, tujuan, dan sasaran perencanaan.
d.
Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang
dimaksud dengan perencanaan ketenagaan.
e.
Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang
dimaksud dengan perencanaan finansial.
1.4 Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah Manajemen
Keperawatan ini
adalah metode Pustaka dengan menggunakan
literatur yang ada dan internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun
sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari:
a.
Bab 1 meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
b.
Bab 2 meliputi pengertian, konsep perencanaan strategis,
visi, misi, filosofi, tujuan, dan sasaran perencanaan. Perencanaan ketenagaan
dan perencanaan finansial.
c.
Bab 3 meliputi tentang Penutup yang terdiri dari kesimpulan
dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Perencanaan
Tjokroamidjojo (1992, 12) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu cara
bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan
sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Selanjutnya dikatakan
bahwa perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa. Dengan demikian, menurut
Tjokroamidjojo (1992, 14) terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui
dalam perencanaan ataupun perencanaan pembangunan, yakni :
a.
Permasalahan-permasalahan
pembangunan suatu negara/masyarakat yang dikaitkan dengan sumber-sumber
pembangunan yang dapat diusahakan, dalam hal ini sumber-sumber daya ekonomi dan
sumber-sumber daya lainnya.
b.
Tujuan serta
sasaran yang ingin dicapai.
c.
Kebijaksanaan
dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran rencana dengan melihat penggunaan
sumber-sumbernya dan pemilihan alternatif-alternatifnya yang terbaik.
d.
Penterjemahan
dalam program-program atau kegiatan-kegiatan usaha yang konkrit.
e.
Jangka waktu
pencapaian tujuan.
Perencanaan merupakan salah satu empat fungsi manajemen yang penting dan
saling terkait satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita dihadapkan
pada pertanyaan apakah suatu rencana berjalan dengan baik atau tidak.
Pertanyaan mendasar ini kiranya aktual diajukan manakala kita melihat realitas
keseharian yang menunjukkan banyaknya kegagalan akibat perencanaan yang salah
dan tidak tepat. Kesalahan perencanaan dapat berada pada awal perencanaan itu
sendiri ataupun pada saat proses perencanaan itu berlangsung.
Ada dua tipe perencanaan dasar yaitu : (James Af Stoner dan R . Edward
Freeman, 1994) :
a.
Perencanan strategis,
perencanaan yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai
tujuan organisasi yang lebih luas, dan
b.
Perencanaan operasional,
perencanaan yang memperlihatkan bagaimana perencanan strategis akan
diimplementasikan dalam kegiatan sehari – hari.
Dalam memperkenalkan konsep tentang perencanaan, John S. Westren
menyebutkan beberapa perencanaan yang mempunyai dimensi strategis menyangkut
koneksitas objek tersebut dengan objek yang lain, yaitu :
- Perencanaan Tata Guna Lahan ( Perencanaan Land – Use )
Istilah Land – Use (Tata Guna Lahan) pertama kali berasal dari Inggris oleh
Ebenezer Howard dengan kota pergerakan yaitu pertanian (kebun). Perencanaan
Tata Guna Lahan mempunyai tiga ciri utama yaitu area pekerjaan, area pemanfaatan
dan area hubungan masyarakat. Tetapi telah terdapat modifikasi dan sudut
pandang yang berbeda yaitu : pengaturan penggunaan tanah adalah dasar dari
semua , selain itu berasal dari paham yang menganut marxisme sebagai dasar yang
menghubungkan suatu argumentasi
- Perencanaan Transportasi
Perencanaan Transportasi lekat hubungannya dengan perencanaan tata guna
lahan. Istilah perencanaan transportasi berasal dari Amerika. Perencanaan
transportasi muncul ketika kota besar di negara tersebut mengalami permasalahan
yang buntu yaitu ketika masalah transportasi diperhadapkan dengan pembebasan
tanah. Tetapi menurut (1966) hal tersebut dapat menyelsaikan permasalahan
dengan adanya ketetapan fasilitas yang mampu mengakomodasi suatu perjalanan ke
masa depan dan diharapkan dapat memelihara dan memberi harapan dalam
pengembangan kota besar tersebut. Tujuan perencanaan transportasi yang utama
adalah untuk menentukan penempatan jalan untuk kendaraan cepat dan revitalisasi
pemindahan sebagai bagian dari suatu strategi transportasi yang menyeluruh dan
dapat melayani kota besar dan bagian pinggiran kota.
c. Perencanaan Sosial
Sejumlah pelopor dari sosiologi Amerika ikut dilibatkan dalam tindakan
untuk menyelesaikan issu sosial di negara tersebut terutama dalam pergerakan
perubahan sebagai rencana pembangunan kota, rekreasi publik, dan kesehatan
masyarakat. Tetapi setelah pergerakan perubahan terjadi posisi sarjana
sosialogi digantikan oleh para profesional (Insinyur). Perencanaan sosial dari
suatu tinjauan ulang memiliki pengertian sebagai berikut menurut Mayer (1972)
bahwa salah satu dari tiga tema dasar memberikan pendapat yang paling
konseptual. Yang pertama mempunyai kaitan dengan ketentuan efisiensi tentang
jasa terorganisir ke individu untuk membantu mereka memberdayakan efisiensi
dalam lingkungan atau hambatan terhadap kemajuan dalam sistem ini. Yang kedua
bertalian dengan pengintegrasian dari semua program dan merancang mengembangkan
kehidupan kota besar dengan pertimbangan menyangkut peningkatan kesejahteraan
penduduk , dan yang ketiga adalah menggunakan tekanan dan pengendalian terhadap
distribusi sumberdaya.
d.
Perencanaan
Ekonomi
Mitchell (1966) menegaskan bahwa obyek dari perencanaan ekonomi adalah
menggunakan sumberdaya bangsa dengan sebaik mungkin. Istilah dari perencanaan ekonomi
telah digunakan pertama kali di Uni Soviet tahun 1928. Tidak lama setelah
perang dunia perencanaan ekonomi sudah dianut oleh negara-negara lain karena
prinsip dasarnya sangat luas dan mudah. Hal-hal yang perlu diutamakan dari
semua perencanaan ekonomi adalah suatu pernyataan dalam istilah yang
kuantitatif dari suatu pemerintahan yang tertarik tentang ukuran dan karakter
dari sejumlah bagian yang menyangkut output ekonomi dari suatu negeri dan
sumberdaya yang diharapkan dapat digunakan dalam produksi.
2.2 Tahapan
dalam Manajemen Strategi
Menurut David (2006), proses manajemen strategi terdiri
atas tiga tahap:
a. formulasi
strategi,
b. implementasi
strategi, dan
c. evaluasi
strategi.
Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal, menentukan kekuatan dan
kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif
strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
Implementasi strategi mensyaratkan untuk menetapkan
tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan
sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan.
Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya dan mendukung strategi,
menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran,
menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, dan
menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
Evaluasi strategi adalah tahapan final dalam manajemen
strategis. Manajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan
seperti yang diharapkan.
2.2.1
Model
Manajemen Strategi
Secara umum dijelaskan dalam Umar (2005, p.23), model
manajemen strategi dari Fred R. David dipaparkan seperti berikut ini:
a. Visi dan Misi
Visi yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa dating yang
diinginkan untuk terwujud tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk
terwujud oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari jenjang yang paling atas
sampai yang paling bawah, bahkan pesuruh sekalipun. Berikutnya adalah Misi.
Misi adalah penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah
dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan.
b. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Realisasi misi perusahaan akan
menjadi sulit dilakukan jika perusahaan tidak berinteraksi dengan lingkungan
eksternalnya. Oleh karena itu, tindakan untuk mengetahui dan menganalisis
lingkungan eksternalnya menjadi sangat penting karena pada hakikatnya kondisi
lingkungan eksternal berada di luar kendali organisasi. Selain pemahaman
kondisi lingkungan eksternal, pemahaman kondisi lingkungan internal perusahaan
secara luas dan mendalam juga perlu dilakukan. Oleh karena itu, strategi yang
dibuat perlu bersifat konsisten dan realistis sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Berdasarkan pemahaman lingkungan internal ini, hendaknya kelemahan
dan juga kekuatan yang dimiliki perusahaan dapat diketahui. Selain mengetahui
kekuatan dan kelemahan, perusahaan perlu mencermati peluang yang ada dan memanfaatkannya
agar perusahaan memiliki keunggulan kompetitif.
Perlu diingat bahwa bila peluang disia-siakan, dapat saja peluang berbalik
menjadi ancaman bagi perusahaan. Logikanya karena peluang yang disia-siakan
tadi dimanfaatkan oleh pesaing.
c. Analisis Pilihan Strategi
Pada dasarnya setiap perusahaan,
dalam menjalankan usahanya, mempunyai strategi. Namun, para pimpinan perusahaan
kadang-kadang tidak tahu atau tidak menyadarinya. Bentuk strategi berbeda-beda
antar-industri, antar-perusahaan, dan bahkan antar-situasi. Namun ada sejumlah
strategi yang sudah umum diketahui, dimana strategi-strategi ini dapat
diterapkan pada berbagai bentuk industri dan ukuran perusahaan.
d. Sasaran Jangka Panjang
Upaya pencapaian tujuan perusahaan
merupakan suatu proses berkesinambungan yang memerlukan pentahapan. Untuk
menentukan apakah suatu tahapan sudah dicapai atu belum diperlukan suatu tolak
ukur, misalnya kurun waktu dan hasil yang ingin dicapai dirumuskan secara
jelas, yaitu dengan angka-angka kuantitatif. Pembuatan sasaran jangka panjang
ini mengacu kepada strategi induk yang telah ditetapkan sebelumnya.
e.
Strategi Fungsional
Langkah penting implementasi
strategi induk dilakukan dengan membagi-baginya kedalam berbagai sasaran jangka
pendek, misalnya dalam jangka waktu tahunan, secara berkesinambungan dengan
memperhatikan skala prioritas serta dapat diukur. Sasaran jangka pendek ini
hendaknya mengacu pada strategi fungisonal yang sifatnya operasional.
Strategi fungsional yang sifatnya
lebih operasional ini mengarah berbagai bidang fungsional dalam perusahaan
untuk memperjelas hubungan makna strategi utama dengan identifikasi rincian
yang sifatnya spesifik. Strategi fungsional ini menjadi penuntun dalam melakukan
berbagai aktivitas agar konsisten bukan hanya dengan strategi utamanyan saja,
melainkan juga dengan strategi bidang fungsional lainnya. Di dalam organisasi
perusahaan yang konvesional, bidang-bidang fungsional utamanya adalah bidang
keuangan, sumber daya manusia, produksi dan operasi, serta bidang pemasaran.
f.
Program,
Pelaksanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Agar sasaran yang ingin diraih
dapat direalisasikan dengan strategi yang telah ditetapkan, strategi perlu
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan (action). Pelaksanaan
tidak efektid bila tidak didahului dengan perencanaan. Perencanaan yang baik
minimal mengandung asas-asas untuk mencapai tujuan, realistis dan wajar,
efisien serta merupakan cerminan dari strategi dan kebijakan perusahaan.
Perencanaan yang masih dalam bentuk global hendaknya
dibuat dalam bentuk lebih detail, misalnya dalam bentuk program-program kerja,
jika program kerja telah disiapkan berikut sumber daya yang dibutuhkan, maka
pelaksanaan kerja sudah dapat dimulai. Pengendalian atau pengawasan dimaksudkan
untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan
hendaknya didasarkan pada rencana yang telah disepakati, sehingga sasaran tidak
menyimpang atau keluar dari batas-batas toleransi. Jika hasil evaluasi
pekerjaan diketahui bahwa ada faktor X yang mengakibatkan terjadinya
penyimpangan kerja dari rencana yang ada, dan memang disebabkan salah asumsi
atau oleh hal-hal lain yang sifatnya uncontrollable, maka rencana perlu
direvisi ulang
2.2.2
Manfaat
Dan Peranan Rencana Strategis
a. Menentukan
batasan. Memilih
fokus bidang usaha yang akan dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan
manajemen.
b. Memberikan
arah. Menentukan batasan usaha dan arah
perusahaan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama yang mendasari atau
dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan
kebijakan perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan.
c. Mengarahkan dan
membentuk kultur.
Rencana strategis menunjang pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat
proses interaksi, tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik.
d. Menjaga kebijakan yang
taat asas dan sesuai.
e. Menjaga fleksibilitas dan
stabilitas operasi.
f. Memudahkan penyusunan
rencana kegiatan dan anggaran tahunan.
2.2.3
Tahap
Dan Kerangka Penyusunan Rencana Strategis
a.
Perumusan misi perusahaan.
b.
Analisis keunggulan, kelemahan, kesempatan dan ancaman (SWOT);
c.
Penentuan arah, sasaran dan strategi;
d.
Identifikasi program dan proyeksi keuangan.
2.3 Visi dan Misi
2.3.1
Visi (Vision)
Menurut Wibisono (2006, p. 43),
visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian
sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat
dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau
perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk
menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.
Visi yang
efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti :
a.
Imagible (dapat di bayangkan).
b.
Desirable (menarik).
c.
Feasible (realities dan dapat dicapai).
d.
Focused (jelas).
e.
Flexible (aspiratif dan responsif terhadap
perubahan lingkungan).
f.
Communicable (mudah dipahami).
Visi bagi
organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai:
a.
Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan
b.
Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya
serta pengendaliannya
c.
Pembentuk dan pembangun budaya
perusahaan (corporate culture)
2.3.2
Misi (Mission)
Misi (mission) adalah apa sebabnya kita ada (why we exist / what we
believe we can do). Menurut Prasetyo
dan Benedicta (2004:8), Di dalam misi produk dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus mampu
menentukan kebutuhan apa yang dipuasi oleh perusahaan, siapa yang memiliki
kebutuhan tersebut, dimana mereka berada dan bagaimana pemuasan tersebut
dilakukan.
Menurut Drucker (2000:87), Pada dasarnya misi merupakan alasan mendasar
eksistensi suatu organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat
unit bisnis menentukan batas dan maksud aktivitas bisnis perusahaan. Jadi
perumusan misi merupakan realisasi yang akan menjadikan suatu organisasi mampu
menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan
harapan pelanggannya (Prasetyo dan Benedicta, 2004:8)
Pernyataan misi merupakan sebuah kompas yang membantu untuk menemukan
arah dan menunjukkan jalan yang tepat dalam rimba bisnis saat ini. Tujuan dari
pernyataan misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun
luar organisasi, tentang alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana
perusahaan kan menuju. Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya
dinyatakan dalam satu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan
relevansinya oleh semua pihak yang terkait.
Langkah penyusunan misi yang umum dilakukan oleh organisasi atau
perusahaan adalah dengan mengikuti tahap-tahap berikut ini:
1.
Melakukan proses brainstorming dengan
mensejajarkan beberapa kata yang menggambarkan organisasi
2.
Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada
kata-kata yang paling penting
3.
Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih
menjadi kalimat atau paragraf yang menggambarkan misi perusahaan
4.
Mengedit kata-kata sampai terdengar benar atau
sampai setiap orang kelelahan untuk adu argumentasi berkaitan dengan kata atau
fase favorit mereka.
Untuk menjamin
bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah misi yang bagus, misi
tersebut harus:
a.
Cukup luas untuk dapat diterapkan selama
beberapa tahun sejak saat ditetapkan
b.
Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah
c.
Fokus pada kompetensi atau kemampuan yang
dimiliki perusahaan
d.
Bebas dari jargon dan kata-kata yang tidak bermakna.
2.4 Hubungan Antara Perumusan Visi dan Strategi Perusahaan
Setelah visi dirumuskan maka seluruh strategi
perusahaan harus mengacu pada visi tersebut dan tidak boleh dibalik, strategi
dulu yang disusun duluan baru visi belakangan. Sebab hal ini di khawatirkan
strategi tidak akan efektif karena komitmen dan arah tujuan seluruh orang
dalam perusahaan berbeda dan terkotak-kotak dalam functional structure. Dalam
mengkomunikasikan visi peran leadership sangat
menentukan. Menurut Davidson (1995:75), peran leadership dalam
mengkomunikasikan visi dapat melalui :
1.
Education (menumbuhkan
pemahaman terhadap visi).
2.
Authentication (menumbuhkan
keyakinan kepada semua pihak bahwa “kata sesuai dengan perbuatan”).
3.
Motivation (menumbuhkan
kemauan dari dalam diri pegawai – self motivated workforce – untuk berperilaku
sesuai dengan tujuan perusahaan).
Davidson (1995:76) menambahkan ada 7 elemen kunci
yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi visi (effective communication
of vision) antara lain :
1.
Simplicity (visi sebaiknya
dituliskan secara sederhana sehingga mudah dikomunikasikan kepada semua orang
baik secara internal maupun eksternal perusahaan).
2.
Metaphor, analogy and
example (visi dapat secara sederhana dituliskan melalui kata-kata yang bersifat
kiasan, analogi dan contoh agar visi dapat lebih mudah dikomunikasikan).
3.
Multiple forum
(mengkomunikasikan visi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dapat
melalui rapat besar, memo, surat kabar, poster dan pembicaraan informal
lainnya).
4.
Repetition (visi akan dapat
meresap dan dipahami secara mendalam biasanya setelah para pegawai mendengar
visi tersebut berkali-kali).
5.
Leadership by example
(mengkomunikasikan visi akan lebih efektif jika dilakukan dengan adanya
kesamaan antara perkataan dan perilaku atasan).
6.
Explanation of seeming
inconsistencies (jika ternyata terdapat inkonsistensi seperti pada butir 5,
maka manajemen harus segera memberikan penjelasan kepada seluruh pegawai secara
sederhana dan jujur untuk menghindari berkurangnya kepercayaan pegawai pada
manajemen).
7. Give and take (mengkomunikasikan visi akan lebih efektif apabila
penyampaiannya dilakukan dua arah).
2.5
Filosofi Perencanaan
Mengawali uraian tentang filosofi perencanaan, salah satu hal yang penting
dikemukakan adalah definisi tentang terminologi filosofi dan perencanaan.
Terbayang dalam pikiran kita, bahwa term filosofi merupakan derivasi dari kata
filsafat. Secara harfiah (etismologi) filsafat perencaan terdiri dari dua
filosofi atau filsafat dan perencanaan yang mengandung satu pengertian.
Filosofi atau filsafat berasal dari kata Yunani yaitu : Philisophia” yang
terdiri dari kata Fhilein, Philos atau philea yang berarti “ cinta “ dan kata “
Sophia” berarti kebijaksanaan atau kearifan ( Dardini 1986 : 9).
Menurut isinya, filsafat mempelajari metodologi, hakekat kebenaran dari
segala sesuatu yang ada (ontologi) dan nilai – nilai (aksiologi) dari segala
sesuatu hal ihwal terutama tentang manusia dan cita-citanya , lingkungannya ,
agamanya , kehidupannya , ideologinya , hakekat dirinya dan lain-lain sebagainya
(A.R.Tahir (1992)).
Jadi, hakekat dari pengertian filosofi/filsafat dan perencanaan diatas maka
dengan demikian filsafat perencanaan dapat dirumuskan bahwa filsafat
perencanaan adalah suatu studi tentang prinsip-prinsip dalam proses dan
mekanisme perencanaaan secara radikal (mendalam), ekspansif (luas), dan
integral (menyeluruh) berdasarkan filsafat antologis, epistemologis dan
aksiologis.
Untuk mempelajari filsafat perencanaan sangat bermanfaat bagi aparat
perencana yang berperan sebagai penyusun perencanaan baik di tingkat pusat,
daerah, bahkan pada tingkat paling bawah yaitu desa/kelurahan. Manfaat yang
dapat diperoleh dalam mempelajari filsafat perencanaan adalah:
1. Dapat
menjadi perencana yang bermoral dan bijaksana. Dengan demikian ia akan
terhindar dari segala penyelewengan-penyelewengan yang dapat menimbulkan
perencanaan yang dwifungsional.
2. Mencegah
terjadinya pemborosan anggaran sebagai akibat dari penyalahgunaan perencanaan
pembangunan.
3. Agar
proses perencanaan dapat dilaksanakan secara partisipatif.
4. Agar
hasil dari proses perncanaan yaitu penetapan APBD dapat memperhatikan kebutuhan
masyarakat dan berorientasi pada lingkungan.
5. Memberi
inspirasi yang luhur bagi pimpinan perncana baik dipusat maupun didaerah dapat
menjalankan kepemimpinannya berdasarkan nilai-nilai luhur sesuai nilai-nilai
budaya sendiri.
6. Dapat
berfungsi sebagai kontrol dan mencegah prilaku pejabat yang tercela.
7. Dengan
demikian para perencana diharapkan menjadi “insan perencana paripurna”.
2.6
Perencanaan
Ketenagaan Perawat Rumah Sakit
Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yaitu
pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai
kontribusi yang besar terhadap pelayanan kesehatan,
selain itu keperawatan merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit sehingga pelayanan
keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Dan salah faktor utama
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan
yang efektif dan efisien
sebagai sumber daya manusia.
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang
oleh pemberian asuhan
keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan
perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang
baik mempertimbangkan :
- klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan,
- jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan
beberapa faktor yang terkait
beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
- Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
- Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
- Rata-rata hari perawatan klien
- Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
- Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
- Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
- Pemberian cuti
2.6.1
Metode Penugasan
Prinsip pemilihan metode
penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi
pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah sebagai
berikut :
a. Metode
Fungsional
Metode fungsional
dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai
dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kepala Ruang
|
Perawat merawat luka
|
Pasien/Klien
|
Perawat pengobatan
|
Perawat pengobatan
|
Perawat merawat luka
|
Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan
Huston, 1998)
Kelebihan :
1) Manajemen
klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan pengawasan
yang baik.
2) Sangat
baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan
kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
1) Tidak
memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan
keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
3) Persepsi
perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.
b. Metode
Perawatan Tim
Metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas,
1992)
Tujuan Metode Tim :
1)
Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2)
Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai
standar
3)
Menyatukan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda
Konsep Metode Tim :
1) Ketua
tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya
komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota
tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran
kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika didukung
oleh kepala ruang.
Kelebihan :
1) Memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung
pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan
komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan
kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi
antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(memerlukan waktu )
2) Perawat
yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika
pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
Pasien/ Klien
|
Pasien/ Klien
|
Staf Perawat
|
Staf Perawat
|
Kepala Ruang
|
Ketua Tim
|
Ketua Tim
|
Ketua Tim
|
Staf Perawat
|
Pasien/ Klien
|
Gambar 2 : Sistem pemberian
asuhan keperawatan “ Team Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998)
c. Metode
Primer
Metode penugasan dimana
satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep
dasar metode primer :
1)
Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2)
Ada otonomi
3)
Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1)
Model praktek profesional
2)
Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3)
Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang
tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4)
Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang
merawatnya
Kelemahannya :
1)
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
2)
Biaya lebih besar
d. Metode
Kasus
Setiap pasien ditugaskan
kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat
privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1)
Perawat lebih memahami kasus per kasus
2)
Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih
mudah
Kekurangan :
1)
Belum dapatnya diidentifikasi perawat
penanggungjawab
2)
Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
2.6.2
Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu),
Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim
Secara umum,
masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki tanggung jawab
yang berbeda-beda, antara lain :
1)
Tanggung
Jawab Karu :
a. Menetapkan
standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu
staf menetapkan sasaran dari ruangan
c. Memberi
kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinandan managemen
d. Mengorientasikan
tenaga baru
e. Menjadi
narasumber bagi tim
f. Mendorong
kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g. Menciptakan
iklim komunikasi terbuka
2)
Tanggung
Jawab Katim :
a. Melakukan
orientasi kepada pasien baru & keluarga
b. Mengkaji
setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra), menerapkan
tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c. Mengkoordinasikan
renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang konsisten
d. Membagi
tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan melalui
konfrens
e. Membimbing
dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim Bertanggung
jawab terhadap kepala ruangan
3)
Tanggung
Jawab Anggota Tim :
a. Melaksanakan
perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b. Memberikan
perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c. Bertanggung
jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
d. Berkontribusi
terhadap perawatan
ü
observasi
terus menerus
ü
ikut
ronde keperawatan
ü
berinterkasi
dengan pasien & keluarga
ü
berkontribusi
dengan katim/karu bila ada masalah
2.7
Perencanaan
Finansial
Didalam perencanaan strategis, salah satu aspek adalah aspek rencana
keuangan. Tinjauan dari sisi
perencanaan keuangan dimaksudkan adalah untuk mendapat gambaran lebih baik mengenai kondisi Rumah Sakit
dari sisi keuangan untuk masa lima tahun yang akan datang.
Perencaan keuangan sangat diperlukan untuk melengkapi aspek lain di dalam strategis bisnis. Didalam aspek keuangan
juga dihitung besarnya kebutuhan dana untuk pelaksanaan
program, investasi aktiva dan kebutuhan dana lainnya yang akan dilakukan untuk masa lima tahun yang akan datang. Perencanaan keuangan dilakukan untuk
melihat kondisi keuangan untuk lima tahun ke depan. Kondisi keuangan tersebut meliputi:
1. Proyeksi
Laporan Aktivitas
a.
Pendapatan
b.
Biaya
2. Proyeksi
Arus Kas
a.
Aktivitas Operasional
b.
Aktivitas Investasi
c.
Aktivitas Pendanaan
3. Proyeksi
Neraca
Sebelum melakukan
penghitungan rencana keuangan, diperlukan asumsi-asumsi keuangan untuk menyusun
sebuah peoyeksi laporan keuangan. Penulisan asumsi-asumsi ini sangat diperlukan
karena ketidakpastian masa yang akan datang. Contoh-contoh asumsi yang dapat
digunakan adalah:
1.
Tarif rata-rata yang digunakan pada saat
pembuatan rencana strategis bisnis
2.
Apabila ada, tarif rata-rata yang ingin
dinaikkan.
3.
Metode depresiasi
4.
Dan lain-lain yang dianggap perlu
Laporan aktivitas adalah
laporan yang menggambarkan jumlah pendapatan dan biaya selama periode waktu
tertentu yang biasanya adalah tahunan. Laporan aktivitas didalam dokumen bisnis
plan bertujuan untuk melihat kedepan apakah rumah sakit mendapatkan kelebihan
atau kekurangan dana (surplus atau defisit). Untuk Rumah Sakit Daerah,
kelebihan dana tersebut apakah menjadi pendapatan asli daerah atau dikembalikan
ke pihak rumah sakit. Apabila Rumah Sakit Daerah tersebut menderita kekurangan
dana, maka jumlah kekurangan dana tersebut sebagai dasar besarnya pemberian
subsidi terhadap rumah sakit tersebut.
Dalam hal laporan
aktivitas, aspek perencanaan keuangan yang dipakai adalah estimasi penjualan
dan jumlah aktiva yang diperlukan. Laporan aktivitas biasanya terdiri dari
pendapatan dan biaya-biaya:
1.
Pendapatan:
a. Pendapatan
jasa medis
b. Pendapatan
jasa penunjang medis
c. Pendapatan
non medis
d. Pendapatan
lain-lain
Untuk pendapatan medis dan
penunjang medis dapat dikategorikan dari sumber pendapatan yaitu berasal dari
pasien umum, ASKES dan ASKESKIN. Pemisahan pendapatan berdasarkan sumber ini
dimaksudkan untuk melihat dan mengambil keputusan untuk masing-masing
pelayanan.
2.
Biaya:
Dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:
a. Biaya
variabel
Biaya variabel adalah
biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Biaya ini berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat aktivitas. Biaya
bahan habis pakai adalah contoh biaya variabel, di mana biaya ini tergantung
dari banyaknya kegiatan dalam melayani pengguna jasa.
b. Biaya
tetap
Biaya tetap adalah biaya
yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume tertentu. Gaji pegawai adalah
contoh dari biaya tetap, walaupun pengguna jasa yang dilayani bertambah namun
gaji pegawai tetap.
c. Biaya
campuran,
Biaya campuran adalah
biaya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya tetap ataupun biaya
variabel. Dengan kata lain, biaya campuran merupakan biaya yang mengandung
sebagian unsur biaya tetap dan sebagian unsur biaya variabel.
Apabila dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai,
biaya dapat di kelompokkan menjadi:
1.
Biaya langsung,
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung di tiap-tiap ruang pelayanan
adalah semua biaya yang terjadi dalam ruang tersebut dalam hubungannya dengan
pelayanan pengguna jasa.
2.
Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya
tidak harus disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan pelayanan jasa yang diberikan adalah biaya produksi tidak
langsung atau biaya overhead.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ada dua tipe dasar perencanaan dasar yaitu (James Af Stoner dan R. Edward
Freeman, 1994) :
a. Perencanan
Strategis, perencanaan yang dilakukan oleh para manajer puncak
dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas, dan
b. Perencanaan
Operasional, perencanaan yang memperlihatkan bagaimana perencanan
strategis akan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari.
Perencanaan adalah suatu format yang diintervensi dengan tujuan
mempengaruhi perubahan struktur sosial yang secara sadar dan masuk akal untuk
dilakukan. Manfaat Dan Peranan Rencana Strategis :
a. Menentukan
batasan. Memilih fokus
bidang usaha yang akan dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan
manajemen.
b. Memberikan
arah. Menentukan batasan usaha dan arah
perusahaan merupakan dua
sisi dari satu mata uang yang sama yang mendasari atau dihasilkan. Kedua hal
itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan kebijakan perusahaan
dalam menghadapi perubahan lingkungan.
c. Mengarahkan dan membentuk kultur. Rencana strategis menunjang
pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat proses interaksi,
tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik.
d. Menjaga kebijakan yang taat asas dan
sesuai.
e. Menjaga fleksibilitas dan stabilitas
operasi.
f. Memudahkan penyusunan rencana kegiatan
dan anggaran tahunan.
Didalam perencanaan strategis, salah satu aspek adalah aspek rencana
keuangan. Tinjauan dari sisi
perencanaan keuangan dimaksudkan adalah untuk mendapat gambaran lebih baik mengenai kondisi Rumah Sakit
dari sisi keuangan untuk masa lima tahun yang akan datang.
3.2
Saran
Perncanaan yang masih dalam
bentuk global hendaknya dibuat dalam bentuk lebih detail, misalnya dalam bentuk
program-program kerja, jika program kerja telah disiapkan berikut sumber daya
yang dibutuhkan, maka pelaksanaan kerja sudah dapat dimulai. Pengendalian atau
pengawasan dimaksudkan untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang
diselenggarakan oleh perusahaan hendaknya didasarkan pada rencana yang telah
disepakati, sehingga sasaran tidak menyimpang atau keluar dari batas-batas
toleransi. Jika hasil evaluasi pekerjaan diketahui bahwa ada faktor X yang
mengakibatkan terjadinya penyimpangan kerja dari rencana yang ada, dan memang
disebabkan salah asumsi atau oleh hal-hal lain yang sifatnya uncontrollable,
maka rencana perlu direvisi ulang.