Kamis, 14 April 2011

Asuhukan Keperawatan Gravidarium

BAB I
PENDAHULUAN

      A. Latar Belakang
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida. Perasaan mual ini desebabkan oleh meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami muntah-muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)
 
B.       Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum
2.      Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3.      Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4.      Untuk mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum
5.      Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
6.      Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
7.      Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

C.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Hiperemesis gravidarum?
2.      Apa etiologi dari Hiperemesis gravidarum?
3.      Bagaimana patofisioogi dari Hiperemesis gravidarum?
4.      Apa saja tanda dan gejala dari Hiperemesis gravidarum?
5.      Bagaimana cara pencegahandari Hiperemesis gravidarum?

D.      Manfaat Penulisan
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.

E.       Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka.



 BAB II
KONSEP TEORI HIPEREMISIS GRAVIDARIUM


A.       Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999)
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004)
Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)

B.       Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :
1.      faktor predisposisi :
a.       Primigravida
b.      Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa
2.      Faktor organik :
a.       Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
b.      Perubahan metabolik akibat hamil
c.       resistensi yang menurun dari pihak ibu.
d.      Alergi

3.      faktor psikologis :
a.       Rumah tangga yang retak
b.      Hamil yang tidak diinginkan
c.       takut terhadap kehamilan dan persalinan
d.      takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
e.       Kehilangan pekerjaan

C.       Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
1.      Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
2.      Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang
3.      Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan
4.      Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.

D.      Gejala dan Tanda
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi :
1.      Tingkatan I
a.       Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1)      Dehidrasi : turgor kulit turun
2)      Nafsu makan berkurang,
3)      Berat badan turun,
4)      mata cekung dan lidah kering
b.      Epigastrium nyeri
karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
c.       Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d.      Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e.       Tampak lemah dan lemas
2.      Tingkatan II
a.       Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1)      Turgor kulit makin turun
2)      Lidah kering dan kotor
3)      Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b.      Kardiovaskuler
1)      Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2)      Nadi kecil karena volume darah turun
3)      Suhu badan meningkat
4)      Tekanan darah turun
c.       Liver
1)      Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d.      Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1)      Oliguria
2)      Anuria
3)      Terdapat timbunan benda keton aseton. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e.       Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
3.      Tingkatan III
a.       Keadaan umum lebih parah
b.      Muntah berhenti
c.       Sindrom mallory weiss
d.      Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma

e.       Terdapat ensefalopati werniche :
1)      Nistagmus
2)      Diplopia
3)      Gangguan mental
f.        Kardiovaskuler
1)      Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g.       Gastrointestinal
1)      Ikterus semakin berat
2)      Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h.       Ginjal
1)      Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

E.       Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara :
1.      Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik
2.      Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3.      Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4.      Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5.      Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6.      Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7.      Defekasi teratur
8.      Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

F.        Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan :
1.      Obat – obatan
a.       Sedativa : phenobarbital
b.      Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
c.       Anti histamin : Dramamin, avomin
d.      Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin
e.       Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2.      Isolasi
a.       Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
b.      Catat cairan yang keluar masuk.
c.       Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
d.      Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3.      Terapi psikologik
a.       Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
b.      Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
c.       Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
4.      Cairan parenteral
a.       Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari)
b.      Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)
c.       Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
d.      Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
5.      Menghentikan kehamilan
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A.       Pengkajian
  1. Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
  1. Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
  1. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
  1. Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
  1. Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
  1. Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
  1. Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
  1. Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.

B.       Diagnosa Keperawatan
  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
  2. Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
  3. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan.
  4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Selasa, 05 April 2011

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI


 
1.        Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.

2.        Pengertian/Landasan Teori
a.         Defenisi Halusinasi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).

b.         Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1)        Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2)        Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3)        Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4)        Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5)        Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
6)        Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan


TAHAP
KARAKTERISTIK
PERILAKU KLIEN
Tahap I
·         Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum, halusinasi merupakan suatu kesenangan

·           Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
·           Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
·           Fikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontol kesadaran, nonpsikotik.

·        Tersenyum, tertawa sendiri.
·        Menggerakkan bibir tanpa suara.
·        Pergerakkan mata yang cepat.
·        Respon verbal yang lambat.
·        Diam dan berkonsentrasi.
Tahap II
·         Menyalahkan
·         Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan perasaan antipati

·          Pengalaman sensori menakutkan.
·          Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut.
·          Mulai merasa kehilangan kontrol.
·          Menarik diri dari orang lain non psikotik.

·          Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
·          Perhatian dengan lingkungan berkurang.
·          Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja.
·          Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.
Tahap III
·         Mengontrol.
·         Tingkat kecemasan berat.
·         Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi.

·         Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi).
·         Isi halusinasi menjadi atraktif.
·         Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik.


·         Perintah halusinasi ditaati.
·         Sulit berhubungan dengan orang lain.
·         Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik.
·         Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat.
Tahap IV
·         Klien sudah dikuasai oleh Halusinasi.
·          Klien panik.


·         Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik.

·         Perilaku panik.
·         Resiko tinggi mencederai.
·         Agitasi atau kataton.
·         Tidak mampu berespon terhadap lingkungan.



a.       Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi.
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan.
Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara-suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati).

2.        Metode Terapi Aktifitas Kelompok
Metode yang digunakan pada Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) ini adalah metode:
1.       Diskusi dan tanya jawab.
2.       Melengkapi jadwal harian.
Kegiatan TAK menggunakan sistem Sesi yang dibagi menjadi lima sesi, setiap sesi memiliki tujuan khusus yang berbeda. Pada TAK kali ini adalah melanjutkan kegiatan TAK sebelumnya, kali ini adalah TAK untuk sesi kelima yaitu tentang program pengobatan.

3.        Tujuan Therapy Aktivitas Kelompok
a.       Tujuan Umum
1.        Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya.
2.        Klien mampu mengontrol halusinasinya.
3.        Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.

b.      Tujuan Khusus (Tujuan Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat)
1.       Klien memahami pentingnya patuh minum obat.
2.       Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
3.       Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

4.        Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah:
a.       Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi sensori; halusinasi.
b.      Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
c.       Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).

5.        Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal            : Jum'at, 21 Januari 2011.
Waktu                       : Pukul 10.05 WIB s.d selesai
Tempat                     : Ruang Bougenvile RSJ Prov. Jabar.

6.        Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 9 orang, sedangkan sisanya sebagai cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien sebagai cadangan yaitu:
Klien peserta TAK:
a.       Tn. Gayus
b.      Tn. Abu Rizal
c.       Tn. Buyung Nasution
d.      Tn. Abu Bakar
e.       Tn. Susilo

f.       Tn. Bambang
g.      Tn. Andi
h.      Tn. Budi
i.        Tn. Limbat
Klien peserta TAK cadangan:
a.       Tn. Yudi
b.      Tn. Abbas

7.        Media dan Alat
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alat hanya yang ada diruangan saja seperti:
a.       Spidol dan whiteboard/papan tulis.
b.      Beberapa contoh obat.
c.       Tape recorder untuk game jika ada.

8.        Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas yang telah disepakati. Sebagai berikut:
a.       Leader               : Asih Dewi Setyawati
b.      Co. Leader        : Sulis Setyoningsih
c.       Fasilitator 1       : Sholihin Fajri
d.      Fasilitator 2       : Eri Setiawan
e.       Fasilitator 3       : Hairi Jahroni
f.       Fasilitator 4       : Iim Kusdianto
g.      Fasilitator 5       : Yovi Mardiansyah
h.      Fasilitator 6       : Yayan Hadio
i.        Fasilitator 7       : Niatun Aini
j.        Fasilitator 8       : Lusiana
k.      Fasilitator 9       : Tinun Rahayu
l.        Observer            : Dwi Marita

9.        Uraian Tugas Pelaksana
a.       Leader
Tugas:
·         Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.
·         Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
·         Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
·         Memimpin diskusi kelompok.
b.      Co. Leader
 Tugas:
·         Membuka acara.
·         Mendampingi Leader.
·         Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
·         Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
·         Menutup acara diskusi.
c.       Fasilitator
Tugas:
·         Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
·         Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi.
d.      Observer
Tugas:
·         Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).
·         Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan.

10.    Mekanisme Kegiatan
1.       Persiapan
a.       Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 4.
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2.       Orientasi
a.       Salam tarapeutik
1)       Salam dari terapis kepada klien.
2)       Terapis dan klien memakai papan nama.
b.      Evaluasi / validasi
1)      Menanyakan perasaan klien saat ini.
2)      Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap).
c.       Kontrak
1)      Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2)       Menjelaskan aturan main berikut:
·          Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
·          Lama kegiatan 30 menit.
·          Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3.       Tahap kerja
a.        Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
b.       Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
c.        Terapis meminta klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard.
d.       Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar dosis obat.
e.        Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f.        Berikan pujian pada klien yang benar.
g.       Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
h.       Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i.         Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah halusinasi/kambuh.
j.         Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian halusinasi/kambuh.
k.       Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
m.     Memberi pujian tiap kali klien benar.

4.       Tahap terminasi.
a.       Evalusi
1)      Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti TAK.
2)      Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
3)      Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontol halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
c.       Kontrak yang akan datang
1)      Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi.
2)      Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien.

11.    Evalusi dan Dokumentasi
a.       Evaluasi
Evalusi dilakukan saat proses TAK berlangsung yang dilakukan oleh observer, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan halusinasi Sesi 5, kemampuan klien yang diharapkan adalah menyebutkan lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Gunakan formulir evaluasi yang ada.

b.      Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5 benar cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.

13.    Tata Tertib dan Program Antisipasi
a.       Tata Tertib
1)       Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2)       Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3)       Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
4)       Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK) berlangsung.
5)       Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6)       Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
7)       Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8)       Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun Tak belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK kepada anggota.

b.      Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yanga dapat diambil dalam mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah yang diambil dalam program antisipasi masalah adalah:
1)      Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil adalah: mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
2)      Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mentaati tata tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih tidak cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan.
3)      Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh dilakukan.

14.    Penutup
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.


LEMBAR EVALUSI KEMAMPUAN PASIEN

Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi

No
Nama klien
Menyebutkan lima benar cara minum obat
Menyebutkan keuntungan minum obat
Menyebutkan akibat tidak patuh minum obat
1.
Tn. G



2.
Tn. A R



3.
Tn. B N



4.
Tn. A B



5.
Tn. S



6.
Tn. B



7.
Tn. A



8.
Tn. Bd



9.
Tn. L



10.




11.




12.