Minggu, 13 November 2011

Manajemen Keperawatan


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Perencanaan merupakan salah satu empat fungsi manajemen yang penting dan saling terkait satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita dihadapkan pada pertanyaan apakah suatu rencana berjalan dengan baik atau tidak. Pertanyaan mendasar ini kiranya aktual diajukan manakala kita melihat realitas keseharian yang menunjukkan banyaknya kegagalan akibat perencanaan yang salah dan tidak tepat. Kesalahan perencanaan dapat berada pada awal perencanaan itu sendiri ataupun pada saat proses perencanaan itu berlangsung.

Ada dua tipe dasar perencanaan dasar yaitu (James Af Stoner dan R. Edward Freeman, 1994) :
a.       Perencanan Strategis, perencanaan yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas, dan
b.      Perencanaan Operasional, perencanaan yang memperlihatkan bagaimana perencanan strategis akan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari.

Dalam Perencanaan Strategi, kegiatan disusun berdasarkan prioritas dan biaya pelaksananan diperkirakan dan dibandingkan dengan sumber daya yang tersedia untuk pelaksanaannya. Efek yang logis setelah proses Perencanaan Strategi ini adalah organisasi mendapatkan suatu metodologi untuk menentukan kemampuan sumberdaya manusia dan keuangan untuk melaksanakan Rencana Strategisnya. Setelah menyelesaikan proses Perencanaan Strategi ini, organisasi akan mengembangkan sarana atau alat yang tidak hanya untuk mengecek kebenaran tetapi juga merupakan dasar untuk pengembangan Rencana Operasi Tahunan, menentukan sasaran penggalangan dana dan prioritas untuk tahun mendatang, serta juga menawarkan cara mengukur kesuksesan organisasi. Manajer organisasi akan mendapatkan dasar yang jelas tentang sasaran mana dari strategi yang paling penting dan mungkin diraih dengan sumber daya yang tersedia, dan sasaran mana yang jauh dari lingkup aksi jangka-pendek.

Sebelumnya banyak dari rencana dan perencanaan dibuat sebagai suatu keperluan, baik secara sosial maupun ekonomi. Tujuan utama dari catatan ini yaitu adanya pertimbangan yang disebabkan oleh dua pemikiran :
1)      menyangkut lingkungan dimana masyarakat tinggal (Beer 1975 : Emery 1974).
2)      kepercayaan terhadap tindakan manusia yang rasional dalam meningkatkan kondisi kehidupan (Ozbekhan 1968).

Perencanaan adalah suatu format yang diintervensi dengan tujuan mempengaruhi perubahan struktur sosial yang secara sadar dan masuk akal untuk dilakukan. Segi pandangan ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Faludi (1973) yang mengakui bahwa Perencanaan merupakan suatu tindakan dengan kepuasan diri seseorang untuk menyajikan pilihan dalam suatu format dari akibat proses perencanaan yang masuk akal dan benar-benar memiliki kasus. Pandangan perencanaan ini serupa didalam konteks yang berbeda dengan sistem operasional riset. Quade (1968) menggambarkan dengan analisa sistem yaitu suatu pendekatan sistematis untuk membantu pembuat keputusan dengan menyelidiki semua masalah, mencari sampai dapat sasaran dan beberapa alternatif tindakan. Pandangan lain mengemukakan bahwa perencanaan merupakan aktivitas yang tujuan utamanya mengarah untuk memproduksi perubahan terhadap sikap dan prilaku individu. Roger Everett (1962) membicarakan tentang “Difusi Inovasi” dalam konteks ini telah menguji beberapa cara yang inovatif seperti gagasan baru dan praktek yang diadopsi oleh komunitas atau kelompok yang berbeda. Disini perhatian terpusat pada perubahan di dalam pola sosial tradisional.

Dari perencanaan yang baik tersebut diharapkan dapat tersaring kebutuhan masyarakat yang mana yang benar-benar mendapatkan prioritas pemecahan utama dan mana yang mendapatkan prioritas berikutnya, sehingga dari perencanaan inilah diharapkan partisipasi masyarakat muncul dan pemberdayaan sumber daya manusia yang optimal. Pada akhirnya akan mewujudkan suatu kondisi masyarakat yang madani (Civil Society) seperti yang dicita-citakan oleh pemerintahan sekarang.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis menyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Apa yang dimaksud dengan konsep perencanaan strategis dan perencanaan operasional?
b.      Apa yang dimaksud dengan visi, misi, filosofi, tujuan, dan sasaran?
c.       Apa yang dimaksud dengan perencanaan ketenagaan? Dan
d.      Apa yang dimaksud dengan perencanaan finansial?



1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari manajemen keperawatan dalam konsep perencanaan.
1.3.2        Tujuan Khusus
a.       Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang dimaksud dengan konsep perencanaan strategis.
b.      Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang dimaksud dengan konsep perencanaan operasional.
c.       Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang dimaksud dengan visi, misi, filosofi, tujuan, dan sasaran perencanaan.
d.      Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang dimaksud dengan perencanaan ketenagaan.
e.       Untuk mempelajari dan mengetahu apa yang dimaksud dengan perencanaan finansial.

1.4  Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah Manajemen Keperawatan ini adalah metode Pustaka dengan menggunakan literatur yang ada dan internet.

1.5  Sistematika Penulisan
Adapun sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari:
a.       Bab 1 meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
b.      Bab 2 meliputi pengertian, konsep perencanaan strategis, visi, misi, filosofi, tujuan, dan sasaran perencanaan. Perencanaan ketenagaan dan perencanaan finansial.
c.       Bab 3 meliputi tentang Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Konsep Perencanaan
Tjokroamidjojo (1992, 12) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Selanjutnya dikatakan bahwa perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa. Dengan demikian, menurut Tjokroamidjojo (1992, 14) terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui dalam perencanaan ataupun perencanaan pembangunan, yakni :
a.       Permasalahan-permasalahan pembangunan suatu negara/masyarakat yang dikaitkan dengan sumber-sumber pembangunan yang dapat diusahakan, dalam hal ini sumber-sumber daya ekonomi dan sumber-sumber daya lainnya.
b.      Tujuan serta sasaran yang ingin dicapai.
c.       Kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran rencana dengan melihat penggunaan sumber-sumbernya dan pemilihan alternatif-alternatifnya yang terbaik.
d.      Penterjemahan dalam program-program atau kegiatan-kegiatan usaha yang konkrit.
e.       Jangka waktu pencapaian tujuan.
Perencanaan merupakan salah satu empat fungsi manajemen yang penting dan saling terkait satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita dihadapkan pada pertanyaan apakah suatu rencana berjalan dengan baik atau tidak. Pertanyaan mendasar ini kiranya aktual diajukan manakala kita melihat realitas keseharian yang menunjukkan banyaknya kegagalan akibat perencanaan yang salah dan tidak tepat. Kesalahan perencanaan dapat berada pada awal perencanaan itu sendiri ataupun pada saat proses perencanaan itu berlangsung.
Ada dua tipe perencanaan dasar yaitu : (James Af Stoner dan R . Edward Freeman, 1994) :
a.       Perencanan strategis, perencanaan yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas, dan
b.      Perencanaan operasional, perencanaan yang memperlihatkan bagaimana perencanan strategis akan diimplementasikan dalam kegiatan sehari – hari.

Dalam memperkenalkan konsep tentang perencanaan, John S. Westren menyebutkan beberapa perencanaan yang mempunyai dimensi strategis menyangkut koneksitas objek tersebut dengan objek yang lain, yaitu :

    1. Perencanaan Tata Guna Lahan ( Perencanaan Land – Use )
Istilah Land – Use (Tata Guna Lahan) pertama kali berasal dari Inggris oleh Ebenezer Howard dengan kota pergerakan yaitu pertanian (kebun). Perencanaan Tata Guna Lahan mempunyai tiga ciri utama yaitu area pekerjaan, area pemanfaatan dan area hubungan masyarakat. Tetapi telah terdapat modifikasi dan sudut pandang yang berbeda yaitu : pengaturan penggunaan tanah adalah dasar dari semua , selain itu berasal dari paham yang menganut marxisme sebagai dasar yang menghubungkan suatu argumentasi
    1. Perencanaan Transportasi
Perencanaan Transportasi lekat hubungannya dengan perencanaan tata guna lahan. Istilah perencanaan transportasi berasal dari Amerika. Perencanaan transportasi muncul ketika kota besar di negara tersebut mengalami permasalahan yang buntu yaitu ketika masalah transportasi diperhadapkan dengan pembebasan tanah. Tetapi menurut (1966) hal tersebut dapat menyelsaikan permasalahan dengan adanya ketetapan fasilitas yang mampu mengakomodasi suatu perjalanan ke masa depan dan diharapkan dapat memelihara dan memberi harapan dalam pengembangan kota besar tersebut. Tujuan perencanaan transportasi yang utama adalah untuk menentukan penempatan jalan untuk kendaraan cepat dan revitalisasi pemindahan sebagai bagian dari suatu strategi transportasi yang menyeluruh dan dapat melayani kota besar dan bagian pinggiran kota.
c.      Perencanaan Sosial
Sejumlah pelopor dari sosiologi Amerika ikut dilibatkan dalam tindakan untuk menyelesaikan issu sosial di negara tersebut terutama dalam pergerakan perubahan sebagai rencana pembangunan kota, rekreasi publik, dan kesehatan masyarakat. Tetapi setelah pergerakan perubahan terjadi posisi sarjana sosialogi digantikan oleh para profesional (Insinyur). Perencanaan sosial dari suatu tinjauan ulang memiliki pengertian sebagai berikut menurut Mayer (1972) bahwa salah satu dari tiga tema dasar memberikan pendapat yang paling konseptual. Yang pertama mempunyai kaitan dengan ketentuan efisiensi tentang jasa terorganisir ke individu untuk membantu mereka memberdayakan efisiensi dalam lingkungan atau hambatan terhadap kemajuan dalam sistem ini. Yang kedua bertalian dengan pengintegrasian dari semua program dan merancang mengembangkan kehidupan kota besar dengan pertimbangan menyangkut peningkatan kesejahteraan penduduk , dan yang ketiga adalah menggunakan tekanan dan pengendalian terhadap distribusi sumberdaya.
d.      Perencanaan Ekonomi
Mitchell (1966) menegaskan bahwa obyek dari perencanaan ekonomi adalah menggunakan sumberdaya bangsa dengan sebaik mungkin. Istilah dari perencanaan ekonomi telah digunakan pertama kali di Uni Soviet tahun 1928. Tidak lama setelah perang dunia perencanaan ekonomi sudah dianut oleh negara-negara lain karena prinsip dasarnya sangat luas dan mudah. Hal-hal yang perlu diutamakan dari semua perencanaan ekonomi adalah suatu pernyataan dalam istilah yang kuantitatif dari suatu pemerintahan yang tertarik tentang ukuran dan karakter dari sejumlah bagian yang menyangkut output ekonomi dari suatu negeri dan sumberdaya yang diharapkan dapat digunakan dalam produksi.

2.2  Tahapan dalam Manajemen Strategi
Menurut David (2006), proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap:
a.      formulasi strategi,
b.      implementasi strategi, dan
c.       evaluasi strategi.
Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
Implementasi strategi mensyaratkan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya dan mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
Evaluasi strategi adalah tahapan final dalam manajemen strategis. Manajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan.


2.2.1        Model Manajemen Strategi
Secara umum dijelaskan dalam Umar (2005, p.23), model manajemen strategi dari Fred R. David dipaparkan seperti berikut ini:
a.      Visi dan Misi
Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa dating yang diinginkan untuk terwujud tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari jenjang yang paling atas sampai yang paling bawah, bahkan pesuruh sekalipun. Berikutnya adalah Misi. Misi adalah penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan.
b.      Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Realisasi misi perusahaan akan menjadi sulit dilakukan jika perusahaan tidak berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Oleh karena itu, tindakan untuk mengetahui dan menganalisis lingkungan eksternalnya menjadi sangat penting karena pada hakikatnya kondisi lingkungan eksternal berada di luar kendali organisasi. Selain pemahaman kondisi lingkungan eksternal, pemahaman kondisi lingkungan internal perusahaan secara luas dan mendalam juga perlu dilakukan. Oleh karena itu, strategi yang dibuat perlu bersifat konsisten dan realistis sesuai dengan situasi dan kondisinya. Berdasarkan pemahaman lingkungan internal ini, hendaknya kelemahan dan juga kekuatan yang dimiliki perusahaan dapat diketahui. Selain mengetahui kekuatan dan kelemahan, perusahaan perlu mencermati peluang yang ada dan memanfaatkannya agar perusahaan memiliki keunggulan kompetitif. Perlu diingat bahwa bila peluang disia-siakan, dapat saja peluang berbalik menjadi ancaman bagi perusahaan. Logikanya karena peluang yang disia-siakan tadi dimanfaatkan oleh pesaing.
c.       Analisis Pilihan Strategi
Pada dasarnya setiap perusahaan, dalam menjalankan usahanya, mempunyai strategi. Namun, para pimpinan perusahaan kadang-kadang tidak tahu atau tidak menyadarinya. Bentuk strategi berbeda-beda antar-industri, antar-perusahaan, dan bahkan antar-situasi. Namun ada sejumlah strategi yang sudah umum diketahui, dimana strategi-strategi ini dapat diterapkan pada berbagai bentuk industri dan ukuran perusahaan.
d.      Sasaran Jangka Panjang
Upaya pencapaian tujuan perusahaan merupakan suatu proses berkesinambungan yang memerlukan pentahapan. Untuk menentukan apakah suatu tahapan sudah dicapai atu belum diperlukan suatu tolak ukur, misalnya kurun waktu dan hasil yang ingin dicapai dirumuskan secara jelas, yaitu dengan angka-angka kuantitatif. Pembuatan sasaran jangka panjang ini mengacu kepada strategi induk yang telah ditetapkan sebelumnya.
e.       Strategi Fungsional
Langkah penting implementasi strategi induk dilakukan dengan membagi-baginya kedalam berbagai sasaran jangka pendek, misalnya dalam jangka waktu tahunan, secara berkesinambungan dengan memperhatikan skala prioritas serta dapat diukur. Sasaran jangka pendek ini hendaknya mengacu pada strategi fungisonal yang sifatnya operasional.
Strategi fungsional yang sifatnya lebih operasional ini mengarah berbagai bidang fungsional dalam perusahaan untuk memperjelas hubungan makna strategi utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik. Strategi fungsional ini menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas agar konsisten bukan hanya dengan strategi utamanyan saja, melainkan juga dengan strategi bidang fungsional lainnya. Di dalam organisasi perusahaan yang konvesional, bidang-bidang fungsional utamanya adalah bidang keuangan, sumber daya manusia, produksi dan operasi, serta bidang pemasaran.
f.        Program, Pelaksanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Agar sasaran yang ingin diraih dapat direalisasikan dengan strategi yang telah ditetapkan, strategi perlu ditindaklanjuti dengan pelaksanaan (action). Pelaksanaan tidak efektid bila tidak didahului dengan perencanaan. Perencanaan yang baik minimal mengandung asas-asas untuk mencapai tujuan, realistis dan wajar, efisien serta merupakan cerminan dari strategi dan kebijakan perusahaan. Perencanaan yang masih dalam bentuk global hendaknya dibuat dalam bentuk lebih detail, misalnya dalam bentuk program-program kerja, jika program kerja telah disiapkan berikut sumber daya yang dibutuhkan, maka pelaksanaan kerja sudah dapat dimulai. Pengendalian atau pengawasan dimaksudkan untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan hendaknya didasarkan pada rencana yang telah disepakati, sehingga sasaran tidak menyimpang atau keluar dari batas-batas toleransi. Jika hasil evaluasi pekerjaan diketahui bahwa ada faktor X yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan kerja dari rencana yang ada, dan memang disebabkan salah asumsi atau oleh hal-hal lain yang sifatnya uncontrollable, maka rencana perlu direvisi ulang

2.2.2        Manfaat Dan Peranan Rencana Strategis
a.       Menentukan batasan. Memilih fokus bidang usaha yang akan dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan manajemen.
b.      Memberikan arah. Menentukan batasan usaha dan arah perusahaan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama yang mendasari atau dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan kebijakan perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan.
c.       Mengarahkan dan membentuk kultur. Rencana strategis menunjang pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat proses interaksi, tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik.
d.      Menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai.
e.       Menjaga fleksibilitas dan stabilitas operasi.
f.       Memudahkan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan.

2.2.3        Tahap Dan Kerangka Penyusunan Rencana Strategis
a.       Perumusan misi perusahaan.
b.      Analisis keunggulan, kelemahan, kesempatan dan ancaman (SWOT);
c.       Penentuan arah, sasaran dan strategi;
d.      Identifikasi program dan proyeksi keuangan.

2.3  Visi dan Misi
2.3.1        Visi (Vision)
Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.
Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti :
a.       Imagible (dapat di bayangkan).
b.      Desirable (menarik).
c.       Feasible (realities dan dapat dicapai).
d.      Focused (jelas).
e.       Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan).
f.       Communicable (mudah dipahami).

Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai:
a.       Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan
b.      Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya
c.       Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan (corporate culture)

2.3.2        Misi (Mission)
Misi (mission) adalah apa sebabnya kita ada (why we exist / what we believe we can do). Menurut Prasetyo dan Benedicta (2004:8), Di dalam misi produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus mampu menentukan kebutuhan apa yang dipuasi oleh perusahaan, siapa yang memiliki kebutuhan tersebut, dimana mereka berada dan bagaimana pemuasan tersebut dilakukan.
Menurut Drucker (2000:87), Pada dasarnya misi merupakan alasan mendasar eksistensi suatu organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis menentukan batas dan maksud aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang akan menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggannya (Prasetyo dan Benedicta, 2004:8)
Pernyataan misi merupakan sebuah kompas yang membantu untuk menemukan arah dan menunjukkan jalan yang tepat dalam rimba bisnis saat ini. Tujuan dari pernyataan misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi, tentang alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan kan menuju. Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam satu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh semua pihak yang terkait.
Langkah penyusunan misi yang umum dilakukan oleh organisasi atau perusahaan adalah dengan mengikuti tahap-tahap berikut ini:
1.        Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang menggambarkan organisasi
2.        Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting
3.        Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraf yang menggambarkan misi perusahaan
4.        Mengedit kata-kata sampai terdengar benar atau sampai setiap orang kelelahan untuk adu argumentasi berkaitan dengan kata atau fase favorit mereka.
Untuk menjamin bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah misi yang bagus, misi tersebut harus:
a.       Cukup luas untuk dapat diterapkan selama beberapa tahun sejak saat ditetapkan
b.      Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah
c.       Fokus pada kompetensi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan
d.      Bebas dari jargon dan kata-kata yang tidak bermakna.

2.4  Hubungan Antara Perumusan Visi dan Strategi Perusahaan
Setelah visi dirumuskan maka seluruh strategi perusahaan harus mengacu pada visi tersebut dan tidak boleh dibalik, strategi dulu yang disusun duluan baru visi belakangan. Sebab hal ini di khawatirkan strategi tidak akan efektif karena komitmen dan arah tujuan seluruh orang dalam perusahaan berbeda dan terkotak-kotak dalam functional structure. Dalam mengkomunikasikan visi peran leadership sangat menentukan. Menurut Davidson (1995:75), peran leadership dalam mengkomunikasikan visi dapat melalui :
1.      Education (menumbuhkan pemahaman terhadap visi).
2.      Authentication (menumbuhkan keyakinan kepada semua pihak bahwa “kata sesuai dengan perbuatan”).
3.      Motivation (menumbuhkan kemauan dari dalam diri pegawai – self motivated workforce – untuk berperilaku sesuai dengan tujuan perusahaan).
Davidson (1995:76) menambahkan ada 7 elemen kunci yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi visi (effective communication of vision) antara lain :
1.      Simplicity (visi sebaiknya dituliskan secara sederhana sehingga mudah dikomunikasikan kepada semua orang baik secara internal maupun eksternal perusahaan).
2.      Metaphor, analogy and example (visi dapat secara sederhana dituliskan melalui kata-kata yang bersifat kiasan, analogi dan contoh agar visi dapat lebih mudah dikomunikasikan).
3.      Multiple forum (mengkomunikasikan visi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dapat melalui rapat besar, memo, surat kabar, poster dan pembicaraan informal lainnya).
4.      Repetition (visi akan dapat meresap dan dipahami secara mendalam biasanya setelah para pegawai mendengar visi tersebut berkali-kali).
5.      Leadership by example (mengkomunikasikan visi akan lebih efektif jika dilakukan dengan adanya kesamaan antara perkataan dan perilaku atasan).
6.      Explanation of seeming inconsistencies (jika ternyata terdapat inkonsistensi seperti pada butir 5, maka manajemen harus segera memberikan penjelasan kepada seluruh pegawai secara sederhana dan jujur untuk menghindari berkurangnya kepercayaan pegawai pada manajemen).
7.      Give and take (mengkomunikasikan visi akan lebih efektif apabila penyampaiannya dilakukan dua arah).

2.5  Filosofi Perencanaan
Mengawali uraian tentang filosofi perencanaan, salah satu hal yang penting dikemukakan adalah definisi tentang terminologi filosofi dan perencanaan. Terbayang dalam pikiran kita, bahwa term filosofi merupakan derivasi dari kata filsafat. Secara harfiah (etismologi) filsafat perencaan terdiri dari dua filosofi atau filsafat dan perencanaan yang mengandung satu pengertian. Filosofi atau filsafat berasal dari kata Yunani yaitu : Philisophia” yang terdiri dari kata Fhilein, Philos atau philea yang berarti “ cinta “ dan kata “ Sophia” berarti kebijaksanaan atau kearifan ( Dardini 1986 : 9).
Menurut isinya, filsafat mempelajari metodologi, hakekat kebenaran dari segala sesuatu yang ada (ontologi) dan nilai – nilai (aksiologi) dari segala sesuatu hal ihwal terutama tentang manusia dan cita-citanya , lingkungannya , agamanya , kehidupannya , ideologinya , hakekat dirinya dan lain-lain sebagainya (A.R.Tahir (1992)).
Jadi, hakekat dari pengertian filosofi/filsafat dan perencanaan diatas maka dengan demikian filsafat perencanaan dapat dirumuskan bahwa filsafat perencanaan adalah suatu studi tentang prinsip-prinsip dalam proses dan mekanisme perencanaaan secara radikal (mendalam), ekspansif (luas), dan integral (menyeluruh) berdasarkan filsafat antologis, epistemologis dan aksiologis.
Untuk mempelajari filsafat perencanaan sangat bermanfaat bagi aparat perencana yang berperan sebagai penyusun perencanaan baik di tingkat pusat, daerah, bahkan pada tingkat paling bawah yaitu desa/kelurahan. Manfaat yang dapat diperoleh dalam mempelajari filsafat perencanaan adalah:
1.      Dapat menjadi perencana yang bermoral dan bijaksana. Dengan demikian ia akan terhindar dari segala penyelewengan-penyelewengan yang dapat menimbulkan perencanaan yang dwifungsional.
2.      Mencegah terjadinya pemborosan anggaran sebagai akibat dari penyalahgunaan perencanaan pembangunan.
3.      Agar proses perencanaan dapat dilaksanakan secara partisipatif.
4.      Agar hasil dari proses perncanaan yaitu penetapan APBD dapat memperhatikan kebutuhan masyarakat dan berorientasi pada lingkungan.
5.      Memberi inspirasi yang luhur bagi pimpinan perncana baik dipusat maupun didaerah dapat menjalankan kepemimpinannya berdasarkan nilai-nilai luhur sesuai nilai-nilai budaya sendiri.
6.      Dapat berfungsi sebagai kontrol dan mencegah prilaku pejabat yang tercela.
7.      Dengan demikian para perencana diharapkan menjadi “insan perencana paripurna”.

2.6  Perencanaan Ketenagaan Perawat Rumah Sakit
Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan kesehatan, selain itu keperawatan merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dan salah faktor utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia.
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan :
    1. klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan,
    2. jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan beberapa faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
    1. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
    2. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
    3. Rata-rata hari perawatan klien
    4. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
    5. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
    6. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
    7. Pemberian cuti

2.6.1        Metode Penugasan
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah sebagai berikut :
a.      Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kepala Ruang
Perawat merawat luka
Pasien/Klien
Perawat pengobatan
Perawat pengobatan
Perawat merawat luka











Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan Huston, 1998)

Kelebihan :
1)      Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
2)      Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
3)      Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
1)      Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2)      Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
3)      Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.
b.      Metode Perawatan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992)

Tujuan Metode Tim :
1)      Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2)      Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3)      Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

Konsep Metode Tim :
1)      Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
2)      Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3)      Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4)      Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika didukung oleh kepala ruang.

Kelebihan :
1)      Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2)      Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3)      Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :
1)      Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
2)      Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3)      Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur




Pasien/ Klien
Pasien/ Klien
Staf Perawat
Staf Perawat
Kepala Ruang
Ketua Tim
Ketua Tim
Ketua Tim
Staf Perawat
Pasien/ Klien











Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998)

c.       Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer :
1)      Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2)      Ada otonomi
3)      Ketertiban pasien dan keluarga

Kelebihannya :
1)      Model praktek profesional
2)      Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3)      Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4)      Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya

Kelemahannya :
1)      Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2)      Biaya lebih besar

d.      Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1)      Perawat lebih memahami kasus per kasus
2)      Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1)      Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2)      Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
2.6.2        Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim
Secara umum, masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :
1)      Tanggung Jawab Karu :
a.       Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b.      Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c.       Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinandan managemen
d.      Mengorientasikan tenaga baru
e.       Menjadi narasumber bagi tim
f.       Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g.      Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2)      Tanggung Jawab Katim :
a.       Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b.      Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c.       Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang konsisten
d.      Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan melalui konfrens
e.       Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3)      Tanggung Jawab Anggota Tim :
a.       Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b.      Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c.       Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
d.      Berkontribusi terhadap perawatan
ü  observasi terus menerus
ü  ikut ronde keperawatan
ü  berinterkasi dengan pasien & keluarga
ü  berkontribusi dengan katim/karu bila ada masalah

2.7  Perencanaan Finansial
Didalam perencanaan strategis, salah satu aspek adalah aspek rencana keuangan. Tinjauan dari sisi perencanaan keuangan dimaksudkan adalah untuk mendapat gambaran lebih baik mengenai kondisi Rumah Sakit dari sisi keuangan untuk masa lima tahun yang akan datang.
Perencaan keuangan sangat diperlukan untuk melengkapi aspek lain di dalam strategis bisnis. Didalam aspek keuangan juga dihitung besarnya kebutuhan dana untuk pelaksanaan program, investasi aktiva dan kebutuhan dana lainnya yang akan dilakukan untuk masa lima tahun yang akan datang. Perencanaan keuangan dilakukan untuk melihat kondisi keuangan untuk lima tahun ke depan. Kondisi keuangan tersebut meliputi:
1.      Proyeksi Laporan Aktivitas
a.       Pendapatan
b.      Biaya
2.      Proyeksi Arus Kas
a.       Aktivitas Operasional
b.      Aktivitas Investasi
c.       Aktivitas Pendanaan
3.      Proyeksi Neraca
Sebelum melakukan penghitungan rencana keuangan, diperlukan asumsi-asumsi keuangan untuk menyusun sebuah peoyeksi laporan keuangan. Penulisan asumsi-asumsi ini sangat diperlukan karena ketidakpastian masa yang akan datang. Contoh-contoh asumsi yang dapat digunakan adalah:
1.      Tarif rata-rata yang digunakan pada saat pembuatan rencana strategis bisnis
2.      Apabila ada, tarif rata-rata yang ingin dinaikkan.
3.      Metode depresiasi
4.      Dan lain-lain yang dianggap perlu
Laporan aktivitas adalah laporan yang menggambarkan jumlah pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu yang biasanya adalah tahunan. Laporan aktivitas didalam dokumen bisnis plan bertujuan untuk melihat kedepan apakah rumah sakit mendapatkan kelebihan atau kekurangan dana (surplus atau defisit). Untuk Rumah Sakit Daerah, kelebihan dana tersebut apakah menjadi pendapatan asli daerah atau dikembalikan ke pihak rumah sakit. Apabila Rumah Sakit Daerah tersebut menderita kekurangan dana, maka jumlah kekurangan dana tersebut sebagai dasar besarnya pemberian subsidi terhadap rumah sakit tersebut.
Dalam hal laporan aktivitas, aspek perencanaan keuangan yang dipakai adalah estimasi penjualan dan jumlah aktiva yang diperlukan. Laporan aktivitas biasanya terdiri dari pendapatan dan biaya-biaya:
1.      Pendapatan:
a.       Pendapatan jasa medis
b.      Pendapatan jasa penunjang medis
c.       Pendapatan non medis
d.      Pendapatan lain-lain
Untuk pendapatan medis dan penunjang medis dapat dikategorikan dari sumber pendapatan yaitu berasal dari pasien umum, ASKES dan ASKESKIN. Pemisahan pendapatan berdasarkan sumber ini dimaksudkan untuk melihat dan mengambil keputusan untuk masing-masing pelayanan.
2.      Biaya:
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:
a.       Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat aktivitas. Biaya bahan habis pakai adalah contoh biaya variabel, di mana biaya ini tergantung dari banyaknya kegiatan dalam melayani pengguna jasa.
b.      Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume tertentu. Gaji pegawai adalah contoh dari biaya tetap, walaupun pengguna jasa yang dilayani bertambah namun gaji pegawai tetap.
c.       Biaya campuran,
Biaya campuran adalah biaya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya tetap ataupun biaya variabel. Dengan kata lain, biaya campuran merupakan biaya yang mengandung sebagian unsur biaya tetap dan sebagian unsur biaya variabel.
Apabila dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat di kelompokkan menjadi:
1.      Biaya langsung,
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung di tiap-tiap ruang pelayanan adalah semua biaya yang terjadi dalam ruang tersebut dalam hubungannya dengan pelayanan pengguna jasa.
2.      Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak harus disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan pelayanan jasa yang diberikan adalah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead.




BAB III
PENUTUP


3.1         Kesimpulan
Ada dua tipe dasar perencanaan dasar yaitu (James Af Stoner dan R. Edward Freeman, 1994) :
a.       Perencanan Strategis, perencanaan yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas, dan
b.      Perencanaan Operasional, perencanaan yang memperlihatkan bagaimana perencanan strategis akan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari.

Perencanaan adalah suatu format yang diintervensi dengan tujuan mempengaruhi perubahan struktur sosial yang secara sadar dan masuk akal untuk dilakukan. Manfaat Dan Peranan Rencana Strategis :
a.       Menentukan batasan. Memilih fokus bidang usaha yang akan dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan manajemen.
b.      Memberikan arah. Menentukan batasan usaha dan arah perusahaan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama yang mendasari atau dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan kebijakan perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan.
c.       Mengarahkan dan membentuk kultur. Rencana strategis menunjang pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat proses interaksi, tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik.
d.      Menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai.
e.       Menjaga fleksibilitas dan stabilitas operasi.
f.       Memudahkan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan.

Didalam perencanaan strategis, salah satu aspek adalah aspek rencana keuangan. Tinjauan dari sisi perencanaan keuangan dimaksudkan adalah untuk mendapat gambaran lebih baik mengenai kondisi Rumah Sakit dari sisi keuangan untuk masa lima tahun yang akan datang.



3.2         Saran
Perncanaan yang masih dalam bentuk global hendaknya dibuat dalam bentuk lebih detail, misalnya dalam bentuk program-program kerja, jika program kerja telah disiapkan berikut sumber daya yang dibutuhkan, maka pelaksanaan kerja sudah dapat dimulai. Pengendalian atau pengawasan dimaksudkan untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan hendaknya didasarkan pada rencana yang telah disepakati, sehingga sasaran tidak menyimpang atau keluar dari batas-batas toleransi. Jika hasil evaluasi pekerjaan diketahui bahwa ada faktor X yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan kerja dari rencana yang ada, dan memang disebabkan salah asumsi atau oleh hal-hal lain yang sifatnya uncontrollable, maka rencana perlu direvisi ulang.