Jumat, 28 Mei 2010

GANGGUAN PADA SISTEM PENCERNAAN
PENYULUHAN PENGGUNAAN ORALIT
UNTUK MENANGGULANGI DIARE


a.Pendahuluan
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita (Sutanto 1984; Winardi 1981).
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia (Budiarso 1986).
Angka kesakitan diare mencapai 200 sampai 400 kejadian tiap 1000 penduduk setiap tahun. Sebagian besar (70%-80%) penderita adalah anak balita dan 1%-2% dari penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak ditolong akan meninggal. Tercatat 300.000-500.000 anak balita yang meninggal akibat diare (Gertruida etal, 1990; Winardi, 1981).
Sebenarnya cara yang efektif untuk mengatasi diare adalah dengan menggunakan Oralit. Untuk lebih meningkatkan penggunaan Oralit perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.

b. Faktor Penyebab Diare
Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit. Diare dapat juga disebabkan oleh malabsorpsi makanan, keracunan makanan, alergi ataupun karena defisiensi (Winardi, 1981).
Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi. Kematian lebih mudah terjadi pada anak yang bergizi buruk, karena gizi yang buruk menyebabkan penderita tidak merasa lapar dan orang tuanya tidak segera memberi makanan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang (Anonim, 1985).
Keadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lamanya diare dan komplikasinya. Anak dengan status kurang kalori protein akan mengalami gangguan keseimbangan elektrolit dan diare mempercepat proses ini. Pemberian air susu ibu terbukti meningkatkan daya tahan terhadap diare (Anonim, 1985; Artini, 1987).
Higiene (kebersihan) dan sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare baik melalui makanan, air minum yang tercemar kuman penyebab diare maupun air sungai. Faktor sosial budaya yang berupa pendidikan, pekerjaan dan kepercayaan masyarakat membentuk perilaku positif maupun negatif terhadap berkembangnya diare. Perilaku masyarakat yang negatif misalnya membuang tinja di kebun, sawah atau sungai, minum air yang tidak dimasak dan melakukan pengobatan sendiri dengan cara yang tidak tepat (Artini , 1987).
Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi lebih mudah terjadi pada bayi dan balita serta pada penderita demam. Derajat dehidrasi diukur menurut persentase terjadinya penurunan berat badan selama diare. Bila berat badan turun kurang dari 5% termasuk dehidrasi ringan, berat badan turun 5%-10% termasuk dehidrasi sedang dan bila berat badan turun lebih dari 10% termasuk dehidrasi berat (Anonim 1985; 1990).

c. Pengobatan Diare
Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang memadai melalui oral atau parenteral (Anonim, 1985; Rubin, 1985).
Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, air susu ibu, air the encer, sup wortel, air perasan buah dan larutan gula garam (LGG). Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi. Sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minuman Oralit. Oralit yang menurut WHO mempunyai komposisi campuran Natrium Klorida, Kalium Klorida, Glukosa dan Natrium Bikarbonat atau Natrium Sitrat sekarang dijual dengan berbagai merek dagang seperti Cymatrolit, Eltolit, Ottolyte, Kritallyte dan Aqualite mengandung komposisi yang sama (Bromilow 1993; Patra 1992).
Cara membuat larutan oralit:
1.Sediakan 1 bungkus oralit biasa, disebut oralit 200 atau oralit dengan berbagai merek dagang seperti Cymatrolit, Eltolit, Ottolyte, Kritallyte dan Aqualite, dll.
2.Sediakan juga 1 gelas air matang, kemudian campurkan oralit tersebut kedalam gelas yang telah berisi air tadi.
3.Langkah terakhir, berikan larutan oralit tersebut sedikit demi sedikit, dengan sendok atau minumkan langsung dari gelas. Bila dimuntahkan harus tetap diberikan.


Apabila dirumah tidak ada oralit ataupun tidak mampu membelinya ibu-ibu dan bapak-bapak dapat menggantinya dengan LGG (Larutang Gula-Garam). Cara membuatnya adalah sebagai berikut:
a.Gula pasir sebanyak 1 (satu) sendok teh munjung
b.Garam dapur yang halus sebanyak ¼ (seperempat) sendok the peres.
c.Air masak atau air teh yang hangat (tidak selagi mendidih) sebanyak 1 gelas.

Langkah-langkah :
a.Cucilah tangan dengan sabun sebelum membuat larutan garam-gula.
b.Tuangkan air matang ke dalam gelas bersih
c.Tuangkan GARAM + GULA dengan ukuran tepat
d.Aduklah sampai larut
e.Minumlah sampai habis

L.KESIMPULAN
Sebagian besar penyakit diare pada dasarnya timbul karena kurang diperhatikannya faktor kebersihan, oleh karena itu perhatian terhadap faktor kebersihan harus lebih diutamakan dan hal ini merupakan tindakan preventif yang lebih baik jika dibandingkan dengan tindakan kuratif.
Penyuluhan penggunaan Oralit untuk menanggulangi diare masih diperlukan mengingat belum seluruh masyarakat mengetahui dengan benar faedah Oralit untuk mengatasi dehidrasi. Metoda penyuluhan yang digunakan meliputi ceramah umum kepada masyarakat, dan demonstrasi pembuatan larutan Oralit berikut penggunaannya.
Penyuluhan penggunaan Oralit untuk mengatasi diare sebaiknya dilakukan bersamaan dengan penyuluhan imunisasi, kesehatan ibu dan anak, gizi dan keluarga berencana. Penyuluhan tersebut sebaiknya diprioritaskan kepada ibu anak balita yang berpendidikan sosial dan ekonomi rendah di daerah endemis dan wabah.