Jumat, 02 April 2010

ASMA ( STATUS ASMATIKUS)

1.PENGERTIAN
Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim. Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian, oleh karena itu :
•Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap usaha menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
•Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, makanan tertentu, infeksi saluran napas, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin, dan lain-lain)

2.PATHOFISIOLOGI
•Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
•Kontraksi otot polos
•Edema mukusa
•Hipersekresi
•Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi)
•Hipoventilasi
•distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
•Gangguan difusi gas di alveoli
•Hipoxemia
•Hiperkarpia

3.TANDA DAN GEJALA
a.Objektif :
•Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesing
•Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
•Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan
•Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus
•Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus)
b.Subyektif :
•Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia
c.Psikososial :
•Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung
•Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya


4.Hasil Pemeriksaan
a.Spirometri : Peningkatan FEV, atau FVC sebanyak 20 %
b.Pemeriksaan Radiologi : Pada umumnya normal. Dilakukan tindakan bila ada indikasi patologi di paru, misalnya: Pneumothorak, atelektasis, Dll.
c.Analisa Gas darah : Hipoxemia, Hiperkapnia, Asidosis Respiratorik.
d.Pemeriksaan Sputum :
• Adanya eosinofil
• Kristal charcot Leyden
• Spiral Churschmann
• Miselium Asoergilus Fumigulus
e.Pemeriksaan darah : Jumlah eosinofil meningkat.

5.PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip penatalaksanaan status asmatikus
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
Saatnya serangan
Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya dan dosisnya)
2. Pemberian obat bronchodilator
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
5. Setelah serangan mereda :
Cari faktor penyebab
modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya

6.OBAT-OBATAN
1.Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.
Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol ) mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin).
Obat-obat Bronkhodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak ada perbaikan sampai 10-15 menit berikan aminofilin intrvena.
Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan.
Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
2.Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkhodilator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid 200 mg hidrokortison atau dengan dosis 3-4 mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4 jam secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
3.Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.

7.PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN :
1. Mempertahankan jalan nafas
2. Mengkaji untuk fasilitas pertukaran gas/ gangguan pertukaran gas
3. Meningkatkan intik nutrisi
4. Mencegah komplikasi, kondisi progresif yang lambat
5. Berikan imformasi tentang proses penyakit
6. Cemas.
8.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :
Gangguan jalan nafas sehubungan dengan Brokhospasme, peningkatan produksi sekret ( sekret yang tertahan, kental) , menurunnya energi/fatique.
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan kurangnya suplai oksigin (obstruksi jalan nafas karena sekret, bronkhospasme, air trapping) obstruksi alveoli.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan dyspnea, fatique, efek samping obat-obatan, produksi sputum, anoreksia, nausea/vomiting.
Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer (penurunan aktifitas, cilia, statis sekret) tidak adekuatnya kekebalan (destruksi jaringan, proses penyakit kronik, malnutrisi).
Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) , kondisi kesehatan, pengobatan, kurang imformasi.
Mekanisme koping yang tidak efektif sehubungan dengan cemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar